Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkritik harga BBM dimasa pemerintahan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kritikan itu langsung direspon oleh SBY melalui akun Twitternya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hendrawan Supratikno menganggap respon SBY adalah hal yang wajar. Namun dia menjelaskan, sebenarnya Jokowi hanya melakukan komparasi saja.
"Mungkin muncul perbedaan penafsiran. Kami yakin bukan maksud Pak Jokowi untuk melempar kesalahan ke masa lalu (blaming of the past). Ini hanya komparasi kebijakan saja," katanya pada merdeka.com, Kamis (17/5).
Walaupun Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melakukan komparasi, Hendrawan menegaskan, hal itu bukanlah untuk membuat kesan menyudutkan. Tetapi hanya bermaksud dijadikan bahan pembelajaran mengenai perekonomian kini dan juga dari masa lalu.
"Kalaupun komparasi dilakukan, maksudnya bukan untuk menyudutkan melainkan untuk menarik pelajaran (lessons learn) dari apa yang sudah atau pernah terjadi. Kita belajar satu sama lain," ungkapnya. Anggota Komisi XI ini berharap, kritikan Jokowi tidak menggangu hubungan baik PDIP dan Demokrat jelang Pilpres 2019.
Dia pun meminta Demokrat untuk tidak mengambil keputusan berdasarkan aspek emosional nantinya. "Kami harapkan koalisi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, bukan atas dasar yang sifatnya emosional. Kami percaya hal-hal kecil demikian tidak akan memgganggu komunikasi dan kesepahaman yang sudah dibangun," ucapnya.
No comments:
Post a Comment