Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) di acara relawan menuai kontroversi. Dalam pidatonya, Jokowi mengajak pendukungnya untuk santun saat berkampanye tetapi juga harus berani jika diajak berantem.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achamd Baidowi, pidato Jokowi tidak bermaksud untuk menebar kebencian. Karena, kata dia, jika diserang kemudian tidak melawan maka dalam politik akan dianggap kalah.
"Artinya meminta para pendukung untuk tidak tebar permusuhan apalagi kebencian. Namun, ketika diserang ya tidak boleh berdiam diri namanya saja pertarungan politik. Kalau diserang hanya diam tidak membalas maka akan dianggap kalah secara politik," kata Baidowi saat dihubungi merdeka.com, Senin (6/8).
Menurutnya, jika diserang memang sudah seharusnya melawan. Terutama dalam melawan hoaks.
"Apalagi diserang hoaks ya tidak mungkin didiamkan saja, tapi harus melawan," ujarnya.
Anggota Komisi II DPR ini meminta semua pihak melihat pidato secara utuh. Sebab, tambahnya, sebagai salah satu calon kontestan Pilpres 2019 sangat wajar jika menyemangati para pendukung untuk terus merapatkan barisan.
"Jadi memaknai pidato Jokowi harus dilihat kalimat utuhnya jangan sepotong-sepotong karena maknya akan lain. Sebagai calon kontestan pilpres sangat wajar abapila menyemangati para pendukung untuk terus merapatkan barisan," ucapnya.
Sebelumnya, di hadapan ribuan pendukungnya, Jokowi meminta para relawan untuk berkampanye secara santun serta tidak mengobarkan permusuhan.
"Lakukan kampanye yang simpatik. Tunjukkan diri kita relawan yang bersahabat dengan semua golongan. Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang. Tapi kalau diajak berantem juga berani," kata Jokowi.
No comments:
Post a Comment