Pria Ini Hanya Bisa Bertemu Anak dan Istrinya Beberapa Jam saja, Sebelum Berpisah Ia Mengucapkan Pesan Yang Sangat Dalam

Fauzy Trisaksono, Ayah tiga anak yang berprofesi sebagai arsitek ini menulis sebuah pesan mengharukan lewat akun Facebook pribadinya, dari status yang dipublish pada 21 Agustus 2017 itu terlihat ia tengah menikmati makan malam bersama keluarganya, foto yang diunggah mungkin terlihat biasa saja, tapi caption yang ditulisnya bikin baper bagi yang membacanya.

Moment sederhana sekedar makan nasi kucing di lesehan depan Stasiun Tugu Jogja pun saat ini menjadi moment langka dan mahal bagi kami, langkah karena anak-anak mondok di pesantren sehingga tidak setiap saat bisa jalan-jalan keluar, mahal karena masnya di Kendal, adiknya di Magelang, mamanya dan si bungsu di Kaliwungu, sedangkan Ayahnya di Batam.

Karena itu, sesingkat apapun kebersamaan kami selalu harus menjadi istimewa dan berkualitas, seperti saat akan mengisi workshop di Malang dan Surabaya minggu lalu, saya merencanakan skedul khusus untuk berkumpul bersama mereka.
"Kebersamaan yang singkat, tapi membahagiakan."

Pagi harinya, saat mengantar ke stasiun, sambil mampir sarapan pecel turi di Beringharjo saya mencoba sisipkan sebuah motivasi lembut untuk mereka, terinspirasi dari kajian shubuh Pak Nasarudin Umar yang saya tonton di TV hotel pagi itu.

"Klian happy nggak beberapa hari ini kita bisa kumpul bareng seperti ini?"
Mereka kompak menjawab : "Ya hepi lah, seru dan bla..bla..bla"
"Ayah juga seneng banget bisa ngumpul begini sama kalian, tapi sayang ya..ngumpul-ngumpul seperti ini pasti akan ada saatnya kita berpisah lagi", "iya ya..ini sebentar lagi Ayah sudah mau pergi lagi, jadi sepi lagi deh.."
"Betul..belum lagi nanti kalau klian kuliah juga pasti pisah lagi, kalian nikah pisah lagi, lalu Ayah meninggal, mama meninggal pisah lagi dan nggak akan ketemu lagi.."

Semua langsung terdiam, saya yakin hati mereka langsung berdegup kencang dan lidah mereka tercekat keluh, nggak siap menerima statement kejutannya.

Saya paham karena mereka sebenarnya anak-anak yang manja dan kolokan, takut dengan kesendirian dan perpisahan, tingkat manjanya diatas rata-rata, adapun jika saat ini mereka bisa mandiri hidup di pesantern itu adalah sebuah prestasi pribadi yang penuh perjuangan.

Nasehat saya selanjutnya memecah keheningan dalam mobil pagi itu.
"Tapi..mau nggak kalian Ayah kasih tau agar kita bisa ngumpul tanpa terpisah-pisah lagi?!"
"Mau..mau.."
"Kalau mau Ayah kasih tau nih, yaitu : kita harus bisa ngumpul lagi di Surga!"
"Iya..ya..kalau ngumpul di surga kan bisa selamanya, tapi gimana caranya?"
"Caranya..pelajari dan amalkan Al Qur'an dengan baik, karena Al Qur'an adalah undangan sekaligus tiket dari Allah pada kita untuk kembali ke Surga sebagaimana dulu Adam dan Hawa berada.

Jadi Kalian harus ingat baik-baik nasehat Ayah ini ya.
Pastikan masing-masing kita berusaha memenuhi undangan itu agar kita bisa ngumpul bersama-sama lagi di Surga!
Awasss,,jangan ada yang kepisah masuk neraka ya!
Canda saya sambil menahan genangan air mata perpisahan.

Sesampainya di stasiun, saya berat meninggalkan mereka, begitupun mereka pasti sedih melepaskan saya, tapi saya berharap mereka akan mencerna lagi nasehat itu agar menjadi tekad yang kuat dalam diri masing-masing.