Presiden Prancis Habiskan Anggaran Rp.500 Juta Untuk Perawatan Wajah

Penampilan menjadi publik figur merupakan hal yang utama untuk diperhatikan. Tak jarang mereka pun merogoh kocek sangat besar untuk tampil menawan, hal ini pun dilakukan oleh presiden Prancis, Emmanuel Macron. 

Usia mudanya membuat pria ini begitu mementingkan penampilan sehingga ia pun merogoh kocek sangat besar untuk make-up. Tak heran, baru 100 hari kerja di kantor, ia sudah mendapatkan tagihan make-up sebanyak Rp500 juta atau setara dengan USD40.000.

Rincian harga itu dibocorkan oleh majalah Le Point dan dikonfirmasi oleh pihak kepresidenan, Jumat lalu. Rupanya, presiden mempekerjakan seorang make-up artis freelance untuk penampilannya sehari-hari di kantor. Ini sangat menarik perhatian media setempat.

Pasalnya, presiden terdahulu, Francois Hollande juga mempekerjakan stylish rambut semasa jabatannya. Ia membayar itu dari gaji bulanan yang hampir mencapai Rp159 juta atau setara dengan 10.000 Euro. 

Media setempat mempublikasikan jika total tagihan make-up dari satu ke yang lainnya dari Rp 159 juta hingga Rp 254 juta. " Di saat Prancis sedang bekerja keras, Emmanuel menghabiskan sebanyak 23 kali upah minimum untuk wajahnya," tulis seorang far-right, Florian Philippot di akun Twitter. 

Salah satu nara sumber Kepresidenan menceritakan jika nantinya akan ada pemotongan signifikan untuk make-up. Ia juga mengklaim jika presiden terdahulunya baik Hollande dan Nicolas Sarkozy juga menghabiskan waktu untuk berdandan.

Seorang penulis kecantikan di Inggris menuliskan di The Telegraph dengan memberikan artikel tips murah untuk kosmetik pria dengan judul " Bagaimana Presiden Macron bisa habiskan dana 8.000 euro untuk make-up per bulan". Rupanya, banyak politikus pria di negeri Barat menggunakan foundation untuk tampil di media. Penggunaan conclear juga diaplikasikan terutama ketika sesi pemotretan agar kantung mata tak terlihat. 

Dilansir dari Thestraittimes, Minggu (27/8/2017),Bocornya tagihan bill dari Le Point ini memberikan presiden termuda di Prancis waktu buruk. Di mana ratingnya semakin menurun sejak menang bulan Mei lalu di seleski kepresidenan yang dilakukannya pertama kali.